Monday, October 22, 2012

Gerrard: Ayah dan Ibu, Aku Cinta Kalian (Part 1)

Steven Gerrard terlahir dari keluarga yang cukup sederhana untuk ukuran keluarga Inggris. Menempati sebuah rumah tingkat di kawasan Bluebell State, Liverpool. Ayahnya, Paul adalah seorang pekerja industri. Dia juga seorang mekanik meski tidak punya bengkel. Ibunya, Julie hanya ibu rumah tangga. Gerrard juga tinggal bersama kakaknya, Paul Gerrard Jr dan mereka berdua sangat bersahabat dengan komputer jadul dan sepakbola.

Gerrard dulu juga tinggal berdekatan dengan kedua kakeknya, Tony dan Sidney. Namun Sidney saat itu terkena stroke stadium empat. Sempat dirawat di rumah sakit, keluarga Gerrard tidak sanggup membiayai perawatan Sidney. Maka itu, keluarga Gerrard memutuskan rawat alan. Bahkan dulu keluarga Gerrard sempat mendapatkan peringatan dari pemerintah setempat. Yang isinya sangat memperihatinkan.

Karena stroke, Sidney mengalami lumpuh seumur hidup. Dan karena keluarga Gerrard tidak sanggup untuk membiayai diperingati pemerintah kota. Kalau mereka tidak dapat merawat kakeknya Stevie G tersebut, pemerintah akan mengambil paksanya dan menempatkannya dalam sebuah rumah panti.

Stevie G sangat sayang sama kakeknya yang satu ini. Bahkan dia hampir selalu menemani kakeknya tersebut minum teh bersama. Karena dari kakeknya, Sidney, Gerrard selalu mendapatkan banyak hadiah. Bahkan kaus bola dan sepatu bole Gerrard pertama dibeliin kakeknya. "Kakek sangat baik banget sama aku dan Paul. Dia selalu memastikan aku memiliki semuanya" ungkap Gerrard dalam bukunya, My Autobiography.

Ibunya selalu ingin Gerrard menjadi seorang guru. Bahkan Stevie G sendiri ingin bekerja bersama ayahnya kalau sepakbola bukan jalan hidupnya. Namun, sepakbola nyatanya masih menjadi jalan hidupnya dari dulu, sekarang dan masa depan. Stevie G pun tidak berpikir tentang hal lain.

Namun kebahagian Steven Gerrard bersama ayah dan ibunya tampak berakhir di musim gugur 2002. Permainan Steven Gerrard di pertengahan musim 2002-2003 memburuk. Dia berkali-kali diperingati oleh Gerard Houllier dan beberapa rekannya. Puncaknya ketika melawan Spurs di Anfield, 26 Oktober 2002. Gerrard ditarik keluar oleh Houllier karena bermain dengan sangat buruk.

Reaksi Gerrard saat ditarik keluar pun seperti kebanyakan pemain muda yang masih labilnya dan dia pun mengakui saat itu. "Ketika aku ditarik keluar, aku langsung menuju ruang ganti. Aku membanting pintu, melempar sepatu. Semuanya hancur untukku" jelas Gerrard.

Houllier saat itu berpikir Gerrard sedang mengalami krisis mental karena jadwal liga yang ketat sekali saat itu. LFC juga bermain di Liga Champions. Houllier saat itu langsung mengirim dokter tim untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Namun Gerrard menolak untuk dikorek lebih dalam. Kebrutalan Gerrard di ruang ganti dan selama beberapa hari ke depan membuat Houllier naik darah dan memberikan sanksi displin untukknya.

Sejak itu pula, Gerrard menjadi penghuni babak cadangan selama dua pertandingan ke depan. Media pun mencari-cari ada apa dengannya. "Aku sangat egois tetapi aku ingin melakukan yang terbaik untuk Liverpoo. Dan aku tidak bisa kalau manajer meninggalkanku di bangku cadangan" katanya.

Beberapa hari sebelum melawan FC Basel, Gerrard digiring oleh beberapa staf pelatih LFC dan Houllier untuk diintrogasi secara detail. Phil Thompson, Joe Corrigan, Alex Miller, Sammy Lee dan Gerard Houllier menjadi satu tim yang mengorek lebih dalam masalah Gerrard. Dari kritikan tajam dan pertanyaan pribadi dilemparkan kelimanya untuk mengintrogasi Gerrard yang saat itu sedang tidak ingin ditanya-tanya.

Gerrard merasa tidak nyaman dengan hal tersebut. Dirinya pun memberontak. Namun akhirnya dirinya bisa menjawab pertanyaan semuanya. "What the fuck was going on? Bahkan pelatih kiper pun menyudutkanku dengan pertanyaan seperti itu" kesal Gerrard. Namun apa sih sebenarnya permasalahan yang membuat Steven Gerrard menjadi tidak terkontrol seperti itu?.

Adalah perceraian ayah dan ibunya Steven Gerrard. Konflik keluarga di dalam internal Steven Gerrard yang membuat dirinya menjadi labil. Pertengkaran, adu argumen hingga saling pukul di rumah orang tuanya (saat itu masih tinggal sama orang tuanya) yang membuat Gerrard menjadi seorang pemberontak. "Masalah di luar lapangan mengalihkan pandanganku. Tetapi aku tidak dapat mengatakan hal tersebut kepada orang lain" jelas Gerrard.

"Ayah dan ibuku bercerai. Ada banyak masalah di rumah, adu argumen, pertengkaran. Aku mencintai kedua orang tuaku. Tetapi ini sebuah pandangan yang menyedihkan ketika harus melihat keduanya berpisah" tambahnya.

Pertengkaran itu menggangu mental Stevie G. Meski dirinya mendapatkan latihan mental di Liverpool, tetapi dia tidak tahan dengan situasi di rumah. Namun sejalan bertambahnya usia Gerrard, kedua orang tuanya semakin menyembunyikan masalah di antara keduanya. "Aku ingin kebersamaan keluargaku bertahan hingga usia memisahkan kita karena keluarga sangat berarti untukku" harap Gerrard.

Gerrard pertama mengakui dirinya tidak tahu kalau kedua orang tuanya telah bercerai karena baik Paul dan Julie tidak ingin anak-anaknya tahu. Bahkan, demi kedua orang tuanya bersatu kembali, rumah pertama yang pernah di beli Steven Gerrard adalah rumah untuk kedua orang tuanya. "Ketika aku memiliki uang, aku membeli sebuah rumah di Whiston. Aku, ayah dan ibu tinggal di situ meski Paul tinggal di Ironside. Pertama, aku tidak tahu mereka ada masalah. Mereka merahasiakannya dariku, mereka tidak ingin aku kecewa dan membuatku terganggu." ucapnya.

"Tetapi mereka tidak dapat menyembunyikan tensi panas perseteruan mereka di rumah. iap kali aku pulang dari Melwood, aku mendengar mereka beradu argumen. Meski aku sadari, mereka pun berusaha untuk berhenti" tutur Gerrard.

Sampai sekarang pun, Gerrard mengaku masih suka menangis ketika teringat dengan perceraian kedua orang tuanya dulu. "Sampai sekarang, perceraian kedua orang tuaku masih sangat membuatku terluka ketika aku mengingatnya kembali. Aku ingin mereka bersatu. Aku ingin semuanya sempurna, aku ingin semuanya bersama. Tidak ada pertengkaran, tidak ada permusuhan. Dalam latihan dan pertandingan, yang aku bisa pikirkan hanyalah fakta kedua orang yang aku sangat kagumi akan berpisah" katanya. (C)

No comments:

Post a Comment