Seperti yang diketahui, Gerrard sudah pernah bekerjasama dengan 5 manajer berbeda di Liverpool sejak zaman Gérard Houllier hingga Brendan Rodgers. Tidak bisa dipungkiri kinerja tiap manajer baik dari metode hingga praktiknya pun berbeda-beda. Mau tidak mau Stevie G belajar memahami.
Dari Houllier, Stevie belajar soal disiplin. Dari Benitez soal intelejensi. Dari Hodgson soal kesabaran. Dari Dalglish soal respect dan Rodgers soal detail. Jadi, tiap kali sang manajer mengalami kegagalan, Stevie punya kesan buat membela. Well bisa dilihat ketika Liverpool masih bersama Hodgson.
Karena dia sadar seburuk-buruknya manajer, dia belajar dari mereka. Ada pelajaran yang bisa dipetik dari pengalaman maupun kegagalan mereka. Gerrard pun mengakui kalau ia dilahirkan dengan mulut dan lidah yang tidak ia gunakan untuk mencaci maki panutan di mana ilmu itu berada.
"Sepanjang karirku, ada beberapa kesempatan di mana aku dimintai tanggapan soal kinerja manajer yang buruk baik oleh fans maupun media. Dan demi Tuhan, aku selalu membela tiap manajer yang pernah atau masih bekerja denganku." ujarnya.
"Rasa frustrasi memang menghampiriku saat melihat metode yang diaplikasikan tiap manajer tidak bekerja maksimal. Aku bisa saja berkata "Ah sampah!. Aku benci manajer ini, manajer itu. Aku ingin dia dipecat segera. Mana perubahannya!. Aku memilih untuk membela mati-matian seorang manajer ketimbang menekannya untuk segera keluar dari tim. Karena itu tidak pantas." tegas Gerrard.
Kepergian Gerard Houllier di awal musim 2004-2005 dirasakan cukup membuatnya sedih. Lantaran Houllier punya andil banyak kepada karirnya. Houllier adalah sosok yang memberikan debut klub untuk Stevie G pada tahun 1998 dan memberikan kepercayaan Stevie untuk menjadi kapten di 2003.
"Aku mati-matian membela kinerja seorang manajer bukan hanya berdasar dari penampilan klub tetapi juga dari apa yang aku katakan. Ketika hasil buruk muncul, semua orang bisa melihat dengan jelas. Ketika Anda gagal membuat mereka terkesan, perubahan akan terjadi." pandangnya.
"Sedih memang melihat para manajer kehilangan pekerjaan mereka karena Liverpool menginginkan hal yang lebih. Tetapi kalau yang pergi itu adalah sosok yang sudah Anda anggap seperti keluarga, sosok yang selalu mendukung Anda, itu sangat menyakitkan." jelas Gerrard.
Kapten seakan tidak bisa menahan rasa kesedihannya. Karena Houllier adalah sosok yang membuatnya tenang ketika kedua orang tuanya bercerai. Houllier yang berani memanggil kedua orang tua Gerrard ketika masalah perceraian mereka mempengaruhi penampilan sang kapten di atas lapangan.
Campur tangan positif Houllier itu yang membuat Gerrard merasa sangat kelihangan. Terlepas dari transfer policy yang bisa dibilang buruk. Houllier menghabiskan dana 18 juta Poundsterling untuk memboyong El Hadji Diouf, Salif Diao dan Bruno Cheyrou yang memang tidak berguna.
"Saat ini, aku sadar kalau sepakbola adalah bisnis. Aku memaklumi keluar masuknya manajer. Tetapi saat Houllier pergi, aku sangat sedih. Houllier memang harus membayar dana yang klub keluarga untuk Diao, Cheyrou, dan Diouf dengan pergi dari Liverpool. Liverpool pun finish di posisi 4 saat itu yang kalau di zaman sekarang sudah cukup memuaskan. Liga Inggris juga terus berkembang pesat." ungkapnya.
"Roman Abramovich datang dan membuktikan seberapa besar kekuatan uangnya untuk Chelsea. Which is jadi bumerang buat kami. Dalam semalam, Chelsea berubah menjadi salah satu kekuatan Liga Inggris yang sangat besar, menjadi pesaing utama untuk gelar. Tiap penny yang Liverpool keluarkan, mereka mampu mengeluarkan lebih banyak untuk memboyong pemain-pemain bintang." kisah Gerrard.
"Tapi kembali hadirnya Abramovich dan gagalnya pembelian yang dilakukan oleh Houllier bukan menjadi alasan utamanya. Aku tahu chairman saat itu David Moores, sedih dengan keputusan yang ia ambil. Tetapi kalau ini untuk kebaikan tim, apa boleh buat. Dari hari pertama berada di tim inti Liverpool, aku selalu berbicara dengan Houllier setiap hari apapun situasinya." tuturnya.
"Ketika aku mencoba untuk berbicara dengannya lagi usai kepergiaannya, sulit untuk mengeluarkan sepatah kata pun kepadanya. Aku banyak curhat kepadanya dulu dan sekarang aku tidak tahu apa yang aku harus katakan selain "Terima kasih" dan "Maaf". Sejak dulu, Houllier lebih khawatir dengan kondisiku daripada kondisinya. "Tetap belajar" adalah pesan darinya yang terus aku ingat" aku Gerrard.
Meski sudah 11 tahun berpisah, Gerrard masih menjalankan hubungan ayah-anak dengan Houllier meski hanya melalui pesan singkat atau telepon. Terlebih beberapa kali Houllier harus menjalani operasi by pass jantung terakhir saat menukangi Aston Villa pada 2011. He won't lose him anymore.
"Sebelum laga besar, Houllier selalu mengirimkanku pesan singat penyemangat. Begitu ucapan selamat ketika aku meraih kemenangan. Dia juga sering menyempatkan diri untuk mengunjungi keluargaku. Dan aku terus berhubungan dengannya juga. Karena dia sudah tidak di bukan berarti hubungan baik kami harus berakhir begitu saja. Kami justru lebih rajin SMS-an saat ini." tutupnya.
No comments:
Post a Comment